IKHLAS SEBAGAI MODAL SOSIAL
Riset
dan penemuan baru terus bermunculan.
Perubahan peradaban terus terjadi.
Persaingan makin ketat. Hidup
makin sulit . Hidup seseorang
dikejar-kejar ketakutan.
Ketakutan terhadap target kerja.
Ketakutan terhadap deadline kerja. Ketakutan kehilangan
penghasilan. Ketakutan dikucilkan
saudara, masyarakat dan lainnya. Stress
berat menyergap. Napas seolah kian
sulit. Dunia seakan mencengkeram erat.
Kematian membayangi kehidupannya.
Maka
Orang-orang bijak selalu menekankan kata-kata
ikhlas dalam memberikan masukan
kepada siapapun yang mengeluhkan hidup dan pekerjaannya. Sikap ikhlas menjadi kunci untuk menerima
suatu keadaan dengan lapang dada. Dengan
pikiran yang sadar dan hati yang menerima segala ketentuan yang sudah
ditakdirkan.
Kata
ikhlas , dalam agama, memiliki arti yang luas dan konteks yang luas. Secara
bahasa, ikhlas diartikan mengosongkan sesuatu dan membersihkannya; sesuatu yang
murni; memurnikan pengabdian hanya kepada Allah swt; bekerja hanya untuk
mendapat ridho dari Allah swt.
Sikap
ikhlas harus dimiliki semua manusia.
Sikap ini bagian dari standar tinggi keluhuran budi manusia. Ia sejajar dengan sikap sabar, sejajar dengan
sikap tawakkal. Karena sikap ikhlas
sebuah standar tinggi maka ia menjadi
dasar pembentuk kemulian manusia baik dalam pandangan Allah swt seagai pencipta
maupun dalam pandangan manusia yang melihat dan menyaksikan pancaran cahaya
dari sikap ikhlas yang dilakukan seseorang.
Akan
menjadi pemandangan yang indah ketika para pemimpin dengan ikhlas memimpin
orang-orang dan lembaga-lembaga yang dipimpinnya dan sangat menyejukkan mata
hati dan mata penglihatan kita ketika orang-orang ikhlas dipimpin pemimpin yang
ikhlas memimpin dan bekerja sebagai pemimpin masyarakat.
Para
pemimpin denga hati yang
ikhlas menetapkan visi, misi, strategi manajemen dan
teknis manajemen serta memberi pengarahan untuk mencapai target kerja yang
ditetapkan dan para bawahan akan ikhlas
mendengar setiap pengarahan dan instruksi pimpinan dan dengan ikhlas hati
memberi masukan penting , yang mengefektikan dan mengefisienkan pekerjaan
mereka, serta dengan ikhlas bekerja dibidang yang menjadi tanggungjawabnya. Ia ikhlas bekerja karena baginya ia beribadah
kepada Allah swt melalui apa yang bisa ia kerjakan dalam rantai produksi
lembaga tempat ia bekerja. Ia kan
bekerja tanpa beban dan hati dongkol. Ia
bekerja tidak dengan hati yang curiga.
Ia bekerja dengan penuh kepercayaan diri, bahwa Tuhan melalui para
pemimpinnya, dibantu teman-temannya memberikan jalan kepadanya beribadah diluar
ibadah resmi yang wajib .
Bekerja
dengan ikhlas sangat sulit. Bersikap
ikhlas sebuah kesulitan tinggi . apalagi dalam kehidupan sosial. Tidak semua hidup dengan standar hati
spiritual tinggi. Banyak godaan yang
membuatnya jauh dari standar tinggi hati penuh spiritualitas. Banyak tantangan
yang harus disingkirkan, untuk mencapai tahap ikhlas.
Secara
spirutualitas, sikap “Ria” Ujub” ( sombong; merasa lebih dari manusia lain)
merupakan penghalang terbesar adanya sikap ikhlas dalam hati seseorang. Sangat sulit, karena ada dalam bisikan ke
qolbu dan alam berfikir kita.
Setiap
manusia akan merasakan sebuah pertarungan dahsyat antara keingin untuk ikhlas
dengan sikap “ ria, ujub” dalam batin seseorang.
Karena itu, sikap ikhlas merupakan modal sosial yang
sangat berharga yang harus dimiliki siapapun, termasuk para pemimpin dan diri
kita sendiri, karena diri kita adalah pemimpin untuk diri
sendiri.
Sumber :
1.
Mukhlis M Hanafi.
Spriritualitas dan akhlak. Jakarta : Aku bisa, 2012