Selasa, 05 Januari 2016

Global Leadership: Karakter Kepemimpinan Pangeran Diponegoro

Global Leadership : Karakter kepemimpinan Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro yang masa kecilnya dipanggil Raden Mas Ontowiryo merupakan tokoh utama dalam perang Jawa, perang menentang kolonilialisme  Perancis – Belanda , yang membuat Belanda , walau berhasil menghancurkan kekuatan perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro, tetapi mengalami kerugian yang  sangat  besar.
Bagi bangsa Indonesia dizaman sekarang, banyak hal yang bisa dipelajari dan bisa dijadikan hikmah dan inspirasi dari perjalanan hidup Pangeran Diponegoro, terutama karakter kepemimpinannya.  Hal ini penting, karena negara besar seperti Indonesia, sangat kekurangan pemimpin yang berkarakter kuat seperti Pangeran Dipnegoro.  Walaupun, Indonesia memiliki banyak partai politik yang memiliki jutaan kader, tetapi, sejarah kontemporer Indonesia, mereka sangat miskin melahirkan pemimpin dengan karakter hebat.
Secara fisik, Pangeran Diponegoro adalah manusia Jawa biasa, para utusan Belanda mengambarkannya sebagai  seorang yang  bertumbuh gempal, dengan tinggi sedang, perawakan kuat dan tenaganya sangat kuat serta secara fisik ia adalah pria dengan daya tarik pribadi yang kuat.  Ia bukan Raja tetapi ia lebih Raja dari seorang Raja  dari sikap dan karakternya.
Secara pribadi ia seorang ayah  sejati yang sangat penyayang terhadap anaknya.  Ia rela berjalan kaki sejauh 35 km  dari  Tegal Rejo ke Pajang untuk mengunjungi anaknya yang sedang belajar di pesantren Kyai Mojo .  Walau ia seorang ningrat yang memiliki banyak kuda, tetapi kesederhanaannya luar biasa, hal yang sangat jarang dalam masyarakat Jawa yang sangat feodal.
PangeranDiponegoro adalah seorang santri.  Ia memiliki kawan yang umumnya para santri dari berbagai pesantren.  Ketika ia menuju pantai laut selatan untuk menyepi selama bulan puasa ia selalu berjalan kaki dengan jarak tak kurang dari 30 km dan sepanjang perjalanan ia selalu mampir di Pesantren-pesantren yang dilewatinya dan berbincang dengan mereka.
Disamping sebagai santri ia juga merupakan seorang intelektual berkualitas tinggi.  Hal yang sangat jarang dimiliki kaum ningrat Yogyakarta semasanya.  Ia senang membaca referensi seperti kitab Tuhfah yang berisi filsafat sufi, ia mempelajari usul dan tassawuf, suluk ( puisi mistik Jawa ), sejarah nabi-nabi, tafsir Alqur’an, filsafat politik Islam seperti sirat as salatin, taj as salatin, fatah al muluk, nasihat al muluk, Serat manikmoyo, Serat Gondokusumo, joyo lengkoro wulang, arjunawijaya , arjuna wiwaha hingga kitab fikih.
Dari berbagai buku yang dibacanya, jelas ia adalah seorang ningrat, seorang santri, seorang intelektual, seorang perwira. Ia berbakat dan cerdik. Ia berfikiran terbuka dan cerdas.  Daya ingatnya kuat. Ia menguasai sejarah tanah Jawa.  Ia ahli dalam seni mistik Jawa. Pertimbangannya sangat matang.  Ia memiliki argumen yang kaya, kuat dan jernih.  Ia punya harga diri tinggi.
 Ia lawan yang sepadan bagi siapapun Gubernur Jendral Belanda, Gubernur Jendral Perancis ataupun Gubernur Jendral Inggris. Karena itu, hanya kelicikan, tipu daya, persekongkolan yang membuatnya dapat ditangkap.



Senin, 04 Januari 2016

Global leadership : teori kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro

Global leadership : teori kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro

Suwardi Suryaningrat atau sering disebut Ki Hajar Dewantoro  merupakan tokoh pendidikan Indonesia sejak masa  kolonial Belanda.  Ia mendirikan lembaga pendidikan Taman siswa yang memadukan pendidikan barat dengan pendidikan tradisional seperti pesantren atau dikenal boarding schools, dan menanamkan nilai-nilai budaya adiluhung Jawa kedalam anak didiknya.
Dalam teori kepemimpinan , yang diterapkannya kedalam lembaga pendidikan Taman Siswa, ia mencetuskan teori yang disebut dengan :
1.       Ing ngarsa sungtulada , yang artinya pemimpin harus pandai memberi suri tauladan kepada orang yang dipimpinnya.  Teori ini mengharuskan pemimpin yang tidak hanya pandai membangun visi, misi dan strategi  serta konsep managerial yang diinginkannya, tetapi, orang yang pandai memberi contoh kepada anak buahnya atau orang-orang yang dipimpinnya, seperti seorang pemimpin perusahaan yang ingin karyawannya tidak merokok, maka ia pun memberi contoh tidak merokok dan menghentikan kebiasaan merokoknya, atau seorang pemimpin yang meminta orang-orang yang dipimpinnya menjaga kebersihan ditempat  kerjanya, maka ialah orang pertama yang harus mencari sampah, mengambilnya dan membuangnya ketempat sampah.  Bukan seorang pemimpin yang hanya memerintah terus-terusan dan bersih serta tidak pernah mengambil sampah, walau ada didepannya dan akan dilewatinya.
2.       Ing madya mengunkarsa.  Teori ini menekankan seorang pemimpin yang pandai memposisikan diri berada ditengah-tengah orang yang dipimpinnya.  Seorang pemimpin yang tidak mengambil jarak dengan orang-orang yang dipimpinnya. Ditengah - tengah orang yang dipimpinnya, ia tidak hanya berbicara dengan terbuka, ia berbicara untuk mengetahui lebih dekat apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, apa yang diinginkan, ia ingin tahu lebih dalam kehidupan orang-orang yang dipimpinnya, termasuk keluarganya, sambil membangun simpati dan empati serta motivasi untuk  orang-orang berjuang selama ini dengannya.  Ia membangun spirit , sense of belonging, dan loyality tanpa disadari oleh orang-orang yang dipimpinnya.  Ia merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya.

3.       Tutwurihandayani.  Teori ini  menempatkan seorang pemimpin sebagai seorang motivator hebat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ia memposisikan diri dibelakang orang yang dipimpinnya.  Ia mendorong mereka untuk mengambil inisiatif, untuk berani maju kedepan mengambil peran , keberanian dan kreativitas yang lebih kepada orang yang dipimpinnya.  Ia berani dan memberi kepercayaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.  Baginya, keberhasilan orang yang didorongnya adalah keberhasilan dirinya.  Ia tak merasa dilangkahi.  Baginya justru sebuah kebanggaan, sebuah sukses bila ada orang yang dipimpinnya maju dan sukses.

Minggu, 03 Januari 2016

Global leadership : Silih Asah Silih Asuh Silih Asih

Global leadersip : Silihasah, silih asuh, silih asuh !


Kehidupan masyarakat suku Sunda di Jawa Barap, Indonesia, terlihat adem tentram.  Gemah ripah loh jinawi. Aman dan makmur. Semua hidup akur.  Tidak ada konflik.  Kehidupan penuh dengan gotongroyong , tolong menolong dan semangat kekeluargaan yang kuat.  Tidak ada persaingan yang saling menghancurkan.

Kehidupan yang nyaman demikian tak lepas dari konsepsi hidup yang didasarkan pada konsep hidup silih asah, silih asih, silih asuh.  Konsepsi hidup yang sederhana, tetapi syarat makna bila dikaji secara mendalam, tidak sulit untuk dilaksanakan.

Konsepsi silih asah, mengacu agar setiap orang ,khususnya pemimpin untuk meningkatkan kecerdasan, , kepintaran, keahlian, keterampilan, kebijaksanaan terhadap orang-orang yang dipimpinnya, atau bila sesama karyawan saling membantu untuk saling memiliki kompetensi tertinggi.  Orang yang sudah ahli tidak boleh pelit ilmu atau keahlian, ia harus menularkan keahliannya kepada teman-temannya atau masyarakatnya, sehingga tercipta standar kompetensi yang sama didalam masyarakat atau bila disebuah perusahaan diantara karyawan.

Seorang pemimpin disebuah lembaga, apalagi bila ia seorang pimpinan perusahaan, perlu untuk melatih orang-orang yang dipimpinnya agar memiliki keterampilan tertinggi sesuai bidang kerjanya, dengan cara memanggil profesional atau ahli dibdangnya atau orang-orang yang dipimpinnya dikursuskan dilembaga yang memang melatih sesuai bidang sang karyawan.  Sehingga, semua orang yang dipimpinnya memiliki keahlian yang dibutuhkan sesuai pekerjaan dan kebutuhan karyawannya.

Didalam masyarakat, standar keahlian yang dimiliki setiap anggota masyarakat akan membuat masyarakat menjadi lebih maju.  Masyarakat yang maju memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan-perubahan dan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan tersebut.  Bahkan, bisa mengubah tantangan, ancaman  menjadi peluang   yang menguntungkan.

Dalam sebuah perusahaan, bila setiap karyawan memiliki keahlian dibidangnya, akan membuat lebih cepat mengerjakan tugasnya, dan bila setiap orang karyawan dapat bekerja optimal maka perusahaan juga dapat melaju lebih cepat dari kompetitor.

Konsep silih asih, mengandung makna saling menyayangi. Antar anggota saling menyayangi, antar pemimpin dengan yang dipimpin  saling menyayangi.  Menyayangi berarti saling tolong menolong, saling bergotong royong.  Menyayangi berarti saling menghargai, saling melindungi, saling menjaga harkat dan martabat, saling bersikap adil dan jujur, saling menjaga solidaritas kelompok sehingga ikatan kelompok menjadi kuat dan makin kuat. 
Kekuatan kelompok inilah yang menjadi kekuatan bersama dan bisa digunakan untuk memajukan setiap orang yang ada didalamnya  sehingga walaupun terjadi pergantian generasi kekuatan dan keseimbangan tetap terjaga.  Kelompok tetap lestari dan terus berkembang.
Silihasuh mengandung makna melindungi, memantau , mengawasi  agar tidak menyimpang, memberikan bantuan untuk agar yang dilindunginya tumbuh sesuai harapan, dapat berkembang secara wajar, terarah, terprogram. Tidak dibiarkan tumbuh liar. Tidak akan dilepas bila belum mandiri . Dilepas bila telah siap 100% untuk lepas dan terbang kepuncak kemakmurannya.
Demikian model kepemimpinan egaliter silih asah, silih  asih, silih asuh dalam masyarakat Sunda.


Leadership impian

 Siapakan yang pantas menjadi leader impian ? bagaimana standar menjadi leader impian ? Apakah anda bisa menjadi leader impian ?