Wibawa seorang pemimpin
Suatu
hari, seorang pemimpin menjadi pembicara
dalam sebuah rapat. Setelah
dipersilahkan moderator, pemimpin itupun berbicara, gaya bicaranya sangat
cepat, nyaris tanpa titik koma, intonasi terasa datar, informasi yang
disampaikan biasa saja. Yang
memperhatikan hanya barisan depan , itupun seringkali berbisik ke
sebelahnya. Barisan kedua dan seterusnya
asyik dengan pembicaraan masing-masing, bahkan ada yang keluar ruangan, mereka
ngobrol sambil merokok diluar.
Setelah
sang pemimpin selesai yang ditandai dengan jawaban salam barisan bagian
depan. Barulah orang-orang baris kedua
hingga kebelakang bertanya, apa tadi yang dibicarakan, ada infromasi apa,
mereka saling bertanya dan mereka saling menggelengkan kepala.
Dari
ilustrasi diatas, terlihat seorang pemimpin yang tidak berwibawa dihadapan
orang – orang yang hadir.
Ketidakberwibawaan ini terlihat dimana mereka yang hadir saling
berbicara dengan peserta lainnya. Mereka seolah menganggap kehadiran sang pemimpin itu tak penting. Isi pembicaraan yang disampaikanpun dianggap
tak penting atau tak ada yang baru.
Mereka menganggap kemampuan sang pemimpin setara dengan mereka. Tak ada rasa hormat dari peserta. Tak ada
wibawa dari pemimpin.
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, kata wibawa berarti pembawaan untuk dapat
menguasai dan mempengaruhi orang lain, melalui sikap dan tingkah laku, yang
mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik
dan kekuasaan.
Kalimat,
dapat menguasai dan mempengaruhi orang lain, menandakan watak kepemimpinan
seorang pemimpin yang harus sudah melekat ketika seseorang menjadi pemimpin. Seorang pemimpin harus punyak watak
kepemimpinan dan setidaknya ketika seseorang menjadi pemimpin ia wajib belajar
ilmu kepemimpinan, sehingga, ketika jabatan dilekatkan kepadanya, ia sudah
memiliki keterampilan dan jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan disini diartikan
sebagai kemampuan menggerakan orang – orang terutama bawahan untuk dapat
berkerja secara bersama-sama dan produktif untuk mencapai sasaran atau tujuan
organisasi.
Wibawa
seorang pemimpin dapat dibentuk melalui proses belajar. Belajar merupakan tugas pertama seorang
pemimpin. Ia harus belajar ilmu
retorika. Ilmu retorika penting untuk membuat apa yang dibicarakannya
menarik dan kontennya bagus, tidak membosankan,
sehingga pendengar tertarik untuk menyimak dan mengambil makna hingga ia
hadir dan menjadi kaya informasi atau hati dan pikirannya tercerahkan.
Kewibawaan
seorang pemimpin tidak hanya bermodal pangkat dan jabatan, gelar atau simbol
–simbol yang melekat dipundaknya.
Kewibawaan seseorang didapat dari seberapa besar pengetahuannya tentang
berbagai pekerjaan diorganisasi yang dipimpinnya. Bila ia orang yang menguasai dan tahu
langkah-langkah pekerjaan dari yang teringan hingga terberat dan kaya informasi
pekerjaan bawahannya atau seorang profesional , dan bawahannya mengakui
pengetahuan, skill dan kemampuannya memecahkan masalah dilapangan, maka
kewibawaannya akan melekat dengan sendirinya.
Seorang
pemimpin berwibawa tidaknya terlihat dari konsistensi sikap, pemikiran ,
tingkahlaku dan strategi manajemennya dan kemampuannya membuat keputusan
secara tepat. Konsistensi sikap sangat diperlukan seorang
pemimpin, karena bawahannya punya patokan dan rujukan bersikap dalam memutuskan
apa yang harus dilakukan dilapangan.
Tentu akan sangat membingungkan bagi bawahan kalau atasannya selalu
berubah-ubah sikap. Bawahan akan takut melangkah karena takut disalahkan. Karena itu, seorang pemimpin akan
disegani bawahannya bila ia selalu
konsisten dengan sikapnya, pemikiran dan tingkahlakunya.
Seorang
pemimpin selalu diharapkan menjadi manusia sempurna dimata bawahannya. Ia sempurna bukan dilihat dari keahliannya
saja, tetapi ia harus sempurna pada keluhuran budinya. Bagaimana ia akan berwibawa kalau akhlaknya
rusak, kalau ia seorang pendendam, atau terlalu gampang menyalahkan orang-orang
yang dipimpinnya. Ia bisa berwibawa
sesaat ketika dihadapan orang – orang yang dipimpinnya, karena mereka
takut, tetapi setelah ia pergi, orang-orang
akan mempergunjingkannya dengan sinis,
bahkan mengumpatnya.
Sumber
: Prof. Dr. H. Gatot Suradji,M.Sc, M.M.
Ilmu dan Seni kepemimpinan.
Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2014.
Jalaluddin
Rakhmat. Retorika Modern, pendekatan
praktis. Bandung : Rosda karya, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar