Senin, 20 April 2015

Wibawa seorang pemimpin




Wibawa seorang pemimpin

Suatu hari,  seorang pemimpin menjadi pembicara dalam sebuah rapat.  Setelah dipersilahkan moderator, pemimpin itupun berbicara, gaya bicaranya sangat cepat, nyaris tanpa titik koma, intonasi terasa datar, informasi yang disampaikan biasa saja.  Yang memperhatikan hanya barisan depan , itupun seringkali berbisik ke sebelahnya.  Barisan kedua dan seterusnya asyik dengan pembicaraan masing-masing, bahkan ada yang keluar ruangan, mereka ngobrol sambil merokok diluar.

Setelah sang pemimpin selesai yang ditandai dengan jawaban salam barisan bagian depan.  Barulah orang-orang baris kedua hingga kebelakang bertanya, apa tadi yang dibicarakan, ada infromasi apa, mereka saling bertanya dan mereka saling menggelengkan kepala.

Dari ilustrasi diatas, terlihat seorang pemimpin yang tidak berwibawa dihadapan orang – orang yang hadir.  Ketidakberwibawaan ini terlihat dimana mereka yang hadir saling berbicara dengan peserta  lainnya.  Mereka seolah menganggap  kehadiran sang pemimpin itu tak penting.  Isi pembicaraan yang disampaikanpun dianggap tak penting atau tak ada yang baru.  Mereka menganggap kemampuan sang pemimpin setara dengan mereka.  Tak ada rasa hormat dari peserta. Tak ada wibawa dari pemimpin.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata wibawa berarti pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi orang lain, melalui sikap dan tingkah laku, yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik  dan kekuasaan.

Kalimat, dapat menguasai dan mempengaruhi orang lain, menandakan watak kepemimpinan seorang pemimpin yang harus sudah melekat ketika seseorang menjadi pemimpin.  Seorang pemimpin harus punyak watak kepemimpinan dan setidaknya ketika seseorang menjadi pemimpin ia wajib belajar ilmu kepemimpinan, sehingga, ketika jabatan dilekatkan kepadanya, ia sudah memiliki keterampilan dan jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan disini diartikan sebagai kemampuan menggerakan orang – orang terutama bawahan untuk dapat berkerja secara bersama-sama dan produktif untuk mencapai sasaran atau tujuan organisasi.

Wibawa seorang pemimpin dapat dibentuk melalui proses belajar.  Belajar merupakan tugas pertama seorang pemimpin.  Ia harus belajar ilmu retorika.  Ilmu retorika  penting untuk membuat apa yang dibicarakannya menarik dan kontennya bagus, tidak membosankan,  sehingga pendengar tertarik untuk menyimak dan mengambil makna hingga ia hadir dan menjadi kaya informasi atau hati dan pikirannya tercerahkan.

Kewibawaan seorang pemimpin tidak hanya bermodal pangkat dan jabatan, gelar atau simbol –simbol yang melekat dipundaknya.  Kewibawaan seseorang didapat dari seberapa besar pengetahuannya tentang berbagai pekerjaan diorganisasi yang dipimpinnya.  Bila ia orang yang menguasai dan tahu langkah-langkah pekerjaan dari yang teringan hingga terberat dan kaya informasi pekerjaan bawahannya atau seorang profesional , dan bawahannya mengakui pengetahuan, skill dan kemampuannya memecahkan masalah dilapangan, maka kewibawaannya akan melekat dengan sendirinya.

Seorang pemimpin berwibawa tidaknya terlihat dari konsistensi sikap, pemikiran , tingkahlaku dan strategi manajemennya dan kemampuannya membuat keputusan secara  tepat.  Konsistensi sikap sangat diperlukan seorang pemimpin, karena bawahannya punya patokan dan rujukan bersikap dalam memutuskan apa yang harus dilakukan dilapangan.  Tentu akan sangat membingungkan bagi bawahan kalau atasannya selalu berubah-ubah sikap. Bawahan akan takut melangkah karena takut disalahkan.  Karena itu, seorang pemimpin akan disegani  bawahannya bila ia selalu konsisten dengan sikapnya, pemikiran dan tingkahlakunya.

Seorang pemimpin selalu diharapkan menjadi manusia sempurna dimata bawahannya.  Ia sempurna bukan dilihat dari keahliannya saja, tetapi ia harus sempurna pada keluhuran budinya.  Bagaimana ia akan berwibawa kalau akhlaknya rusak, kalau ia seorang pendendam, atau terlalu gampang menyalahkan orang-orang yang dipimpinnya.  Ia bisa berwibawa sesaat ketika dihadapan orang – orang yang dipimpinnya, karena mereka takut,  tetapi setelah ia pergi, orang-orang akan mempergunjingkannya  dengan sinis, bahkan mengumpatnya.

Sumber : Prof. Dr. H. Gatot Suradji,M.Sc, M.M.   Ilmu dan Seni kepemimpinan.  Bandung: Pustaka Reka Cipta,  2014.
Jalaluddin Rakhmat.  Retorika Modern, pendekatan praktis.  Bandung : Rosda karya, 2009

Tidak ada komentar:

Leadership impian

 Siapakan yang pantas menjadi leader impian ? bagaimana standar menjadi leader impian ? Apakah anda bisa menjadi leader impian ?