Minggu, 27 Maret 2016

Global leadership : Bahaya Seorang Pemimpin


Menjadi pemimpin banyak diinginkan orang. Banyak yang berlomba untuk mendapatkannya. Banyak yang mengejar untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin. Banyak yang berani menyikut saingan hingga fitnah dan pembunuhan karakter untuk bisa duduk menjadi pemimpin. Banyak yang berani membayar agar bisa duduk sebagai seorang pemimpin. Banyak yang berani melakukan rekayasa sosial hanya untuk menjadi seorang pemimpin. Dan yang sadis, banyak mengorbankan nyawa orang banyak untuk dapat menikmati posisi sebagai pemimpin. Siapapun lawan, orangtua, anak, istri, mertua, ipar, saudara kandung, saudara tiri, kawan, apalagi saingan akan dihancurkan bila berani merebut posisi pemimpin. Memimpin dianggar suatu posisi yang prestisius. Posisi yang luar biasa tinggi. 
 Begitu sulit diraih begitu berat dipertahankan. Tetapi begitu menantang untuk dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan. Ummat manusia membutuhkan pemimpin. Masyarakat butuh pemimpin. Organisasi dan lembaga butuh pemimpin. Sebuah perusahaan butuh pemimpin. Mereka membutuhkan figur pengarah, figur penyelamat, figur pemotivasi, figur pengayom, figur pemberi cahaya. Figur pembela, figur pemenuh kebutuhan material, spiritual, psikologis dan sosial dari orang-orang yang dipimpinnya.
Setiap orang bisa menjadi pemimpin. Tetapi tak semua orang bisa memimpin dengan baik. Memimpin butuh kualitas. Memimpin butuh kecerdasan logika dan kecerdasan hati nurani, kecerdasan organisasional, kecerdasan manajerial. Kecerdasan finansial, kecerdasan sosial. 
Karena itu, kelemahan diri dalam bentuk kualitas diri yang belum memenuhi standar harapan orang-orang yang dipimpinnya membuat seseorang belum dianggap sebagai pemimpin oleh lingkungannnya. Secara psikologis, seorang pemimpin yang memiliki sifat dibawah ini akan menjadi sangat berbahaya bagi orang dan lembaga yang dipimpinnya, yaitu yang memiliki sifat : 
  1.  Sombong , sifat sombong seorang pemimpin merupakan sebuah kelemahan, dia membuka kelemahannya sendiri dan kelemahan dari orang dan lembaga yang dipimpinnya, karena orang yang sombong gampang dipancing untuk membuka kekuatannya, kelebihannya, dan pihak lawan akan menganalisis kelemahan-kelemahan di balik kekuatan yang diuatarakan para pemimpinnya, karena itu, akan membuat sebuah organisasi mudah dihancurkan oleh kompetitor. Seorang pemimpin yang sombong, akan memperlihatkan watak buruknya bukan saja keorang luar tetapi juga ia akan memperlihatkan watak jeleknya keorang yang selembaga dengannya, sehingga, menyulut konflik latin internal.  Ia membangun musuh dan menciptakan musuh dalam selimut.  
  2.  Bangga , Sikap membangga-banggakan diri juga bukan sifat yang baik, bukan saja arogan seolah-olah paling sempurna, tetapi juga membuat kemampuan berfikir kreatif menjadi terbatas, memunculkan sikap cepat puas dan memancing jarak dengan pihak lain. Sehingga, merugikan kemajuan organisasi.
  3.  Melampaui batas, sikap melampaui batas akan melahirkan penolakan bahkan perlawanan atau kontraversi, dari sikap menghindar, mengkritik, diomongin dibelakang hingga sikap oposisi terang terangan, yang pada akhirnya mengurangi kecepatan laju organisasi yang dipimpinnya.
  4.  Suka kekayaan , sifat suka kekayaan yang berlebihan mendorong sikap agresif untuk mengumpulkan kekayaan dengan cara diluar etika dan undang-undang.  Sikap ini melahirkan  intoleransi, acuh tak acuh, masa bodoh, egois dan rakus yang akhirnya mendorrongnya tak peduli sesama asal dia paling kaya.
  5.  Suka dipuji , sikap ini juga menghancurkan seorang pemimpin, Sikap ini melahirkan ketidakadilan dan lupa diri.  Tidak adil karena ia akan memelihara orang yang senang memujinya tanpa dilihat apakah orang itu mengkhianatinya atau menghancurkannya.  Ketidakadilan dapat terjadi karena ia tidak suka dikritik maka para pengkritiknya akan disingkirkan karena dianggap penghalang psikologis dirinya yang haus pujian.
  6.  Kufur nikmat 
  7.  Dengki 
  8.  Penuh tipu daya 
  9.  Berbuat kerusakan 
  10.  Tamak 
  11.  Suka berzina 
  12.  Emosional 
  13.  Busuk hati

Global leadership : Pemimpin Pro aktif


Global leadership : Pemimpin Pro aktif
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong banyak negara melakukan modernisasi diberbagai bidang. Pembangunan berkembang pesat. Perubahan terjadi dimana-mana dan diberbagai bidang kehidupan. Teknologi menjadi kebutuhan untuk memperkuat pembangunan. Pembangunan teknologi dilakukan. Riset demi riset menghasilkan berbagai penemuan yang kian mendorong laju pembangunan bertambah masif dan cepat. Perubahan-perubahan dibidang teknologi mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial. Perubahan teknologipun menciptakan standar baru pada pekerjaan dan standar kualitas pada sumber daya manusia pengelola teknologi dan pembangunan yang sedang dan akan terus terjadi. Setiap perubahan menjadi tantangan bagi semua pemimpin disemua lapisan masyarakat, disemua lembaga-lembaga yang didirikan oleh masyarakat. Sikap dan reaksi terhadap tantangan yang datang akan menjadi penentu eksistensi dan keberlanjutan serta puncak kesuksesan atau kehancuran dari organisasi yang dipimpinnya. Tantangan datang bukan saja seperti gelombang lautan, yang tak pernah berhenti, tetapi juga datang dalam berbagai bentuk dan beragam dampaknya terhadap organisasi dan pendukung organisasi tersebut. Dalam konteks demikian kualitas seorang pemimpin akan sangat menentukan. Apakah dia pemimpin yang pasif, masa bodoh, tak mau tahu atau seorang pemimpin yang cakap , visioner, proaktif dan mengubah tantangan menjadi peluang , yang bukan saja mampu menjaga eksistensi organisasinya tetapi juga membuat dan melipatgandakan profit bagi lembaga dan orang-orang yang dipimpinnya. Ciri pemimpin pro aktif
1. Menilai positif. Dia bukan figur yang gampang curiga dan langsung menolak, tetapi juga bukan figur yang asal terima tanpa kritik. Ia bukan orang yang diam membisu melihat perubahan-perubahan. Tetapi ia figur yang sabar tetapi kritis membaca perubahan, membaca keuntungan dan kerugian, membaca setiap peluang, membaca setiap kesempatan yang tepat dan menguntungkan. Ia menilai secara positif semua tantangan yang datang dan berusaha menyikapinya dengan tepat. 
2. Semua dianggap kawan. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang bodoh akan melihat diluar dirinya sebagai musuh atau kompetitor. Ia menjaga jarak yang sangat jauh dan berusaha menjadi musuh yang setimpal. Tetapi, pemimpin yang proaktif akan melihat semua orang diluar dirinya memiliki peran yang sama, memiliki pola pemikiran , kemampuan membaca situasi dan berbagai kelebihan lainnya yang bila dijadikan kawan akan menjadi pelengkap ide dalam sistem berfikirnya, yang bila di tempatkan dengan pas akan memainkan peran positif dalam memecahkan banyak masalah yang dihadapi bersama. Baginya, setiap orang harus saling melengkapi agar sempurna bersama, makmur bersama, senang dan sejahtera bersama. 
3. Memecahkan masalah bersama-sama rekan kerja. Pemimpin proaktif tidak mengambil alih semua masalah dan mengambil alih semua pemecahan masalah. Ia lebih senang mengajak semua orang disekitarnya membaca masalah, memecahkan masalah bersama dan membuat keputusan bersama serta melaksanakan langkah – langkah pemecahan sesuai peran yang ditentukan dalam waktu yang bersamaan. 
4. Mengutamakan keberhasilan bersama. Tidak ada istilah sukses pribadi yang ada sukses bersama. Ia menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu dengan lainnya. Setiap orang memiliki peran. Setiap peran harus dihargai. Sukses organisasi berarti sukses semua orang memerankan peranannya. Karena itu keberhasilan itu adalah produk bersama. 
5. Mengutamakan win – win solution. Hidup memang banyak persaingan. Tetapi bukan berarti semua pesaing harus dimusnahkan. Mereka pesaing yang dimaknai positif. Mereka pesaing yang memperlihatkan kelebihan dan kekurangan yang membuat kita bisa belajar dan mendewasakan diri dan mengembangkan diri ke standar yang lebih tinggi. Eksistensi pesaing dihargai sebagai mitra bersaing yang kreatif. Mencari dan menemukan pemecahan yang menguntungkan semua pihak menjadi jalan positif yang diambil seorang pemimpin proaktif.

Rabu, 23 Maret 2016

Global Leadership : Penyebab konflik


Penyebab konflik Secara sosiologis konflik didefinisikan sebagai proses sosial yang yang saling menghancurkan antara dua individu atau antar dua kelompok. Tiap kelompok ingin menang dan sebaliknya mereka ingin saingannya kalah kalau perlu hingga tidak bisa hidup dan bersaing lagi. 

Dalam konflik, setiap pihak menggunakan berbagai sumber kekuatannya untuk memenangkan persaingan. Mereka mempertaruhkan apapun yang bisa digunakan untuk memenangkan konflik . Kemenangan menjadi tolak ukur kesuksesan, sebaliknya kekalahan menjadi tolak ukur kegagalan dan ketakberdayaan serta kehinaan. 
Dalam sejarah ketika melihat semua sumber daya manusia, semua sumber daya teknologi, sumber daya alam, semua hasil pemikiran strategis digunakan untuk meraih keunggulan pribadi atau kelompoknya ditengah kehancuran lawan. 
Dalam konflik, unsur emosi manusia dan hawa nafsu memainkan peran psikologis untuk membangun ego, membangun keberlangsungan konflik, membangun solidaritas terhadap kawan dan membangun kesadaran out group terhadap musuh. Emosi dan hawa nafsu seperti pedang tajam yang bila tak terkendali dapat menebas apapun yang ada didepannya.
Konflik dapat terjadi , karena : 
1. Persaingan terhadap sumber-sumber kekayaan. Sifat serakah manusia membuat manusia menjadi makhluk yang paling serakah terhadap makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Manusia tak puas dengan hanya makan dan minum secukup kebutuhan perutnya. Tetapi, ia tak puas bila jaminan hidupnya terhadap kebutuhan perutnya terpenuhi. Ia akan terus menambah- menambah kekayaan agar dengan kekayaan yang luar biasa banyak bisa memenuhi semua nafsu hidupnya. Semua khayal-khayalannya. Ia ingin apa yang ia inginkan terwujud dalam waktu yang relatif sesingkat-singkatnya. Tak perlu lama, karena ia Raja dunia yang minta segera terlayani. Karena itu, ia tak butuh kekayaan yang sedikit dan sesaat. Ia butuh kekayaan yang bisa berguna sepanjang hayatnya. Ia butuh kekayaan yang membuatnya menjadi elit sosial. Ia butuh semua kekayaan dari seluruh penjuru dunia ada dalam gengamannya dan bisa digunakan kapan saja ia butuhkan. 
2. Persaingan karena cinta . Cerita konflik manusia dibuka melalui cerita kecintaan terhadap kecantikan wanita adik Qabil yang jelita dan ingin dikawini oleh Qabil tetapi ia sudah dijodohkan untuk kawin dengan adik lelakinya Habil sehingga menurut Qabil ia lah yang seharusnya berhak dan dibunuhlah Habil oleh kakaknya yang bernama Qabil bin Adam as. Wanita bagian dari kekayaan alam yang luar biasa. 
3. Perbedaan ideologis. Manusia adalah makhluk berfikir. Cogito ergo sum. Saya berfikir saya ada. Kemampuan berfikirnya membuat menusia mendesain pola hidupnya, mendesain target-target hidupny. Ia membangun ideal-ideal dalam pikirannya. Ia menyebarluaskan berbagai konsep pemikiran ideal menurutnya. Ia ingin semua orang mengikuti apa yang ia anggap ideal. Seperti nyang dilakukan Karl Marx, Mao Tse Tung, George Washington, Abraham Lincoln dll Namun, seorang manusia tidak hidup sendiri. Ia hidup bersama puluhan, ratusan, ribuan, jutaan manusia lainnya. Dan diantara manusia banyak yang berbeda dunia ideal satu dengan lainnya. Karena itu dalam kehidupan sosial terjadi perbedaan nilai dan norma sosial yang kemudian berubah menjadi konflik ideologis
4. Ketergantungan pekerjaan. Manusia kerap tak menyadari bila ia tergantung dengan hasil kerja manusia lainnya. Egonya yang luar biasa membuatnya tak bisa memahami peran manusia lainnya dalam kehidupan sosial. Ia ingin ia lah yang lebih dahulu. Ia ingin orang lain memenuhi kebutuhan dirinyanya terlebih dahulu. Tetapi manusia lain berpandangan serupa dengannya hingga terjadi saling menyalahkan dan konflik tak bisa dihindari. 
5. Kekaburan tugas. Dalam sebuah organisasi tidak jelasnya job description membuat orang bingung batas pekerrjaannya. Hingga terjadi rebutan pekerjaan atau terjadi saling mengandalkan yang akhirnya terjadi saling membiarkan. Ketika terjadi saling membiarkan muncul saling menyalahkan dan konflik bisa terjadi ketika keduanya tak dapat menahan emosi. 
6. Problem status. Manusia yang memiliki status dihadapkan pada suatu situasi dimana ia ingin ideal tetapi kenyataan sosial ia dihadapkan pada kondisi yang rusak. Sementara memperbaiki kerusakan teramat sulit. Konflik psikologis terjadi dalam dirinya. Ia melawan kerusakan sosial berarti ia bermusuhan dengan banyak orang-orang rusak dan perusak. Ia diam ia terbawa dalam arus kerusakan. Ketidak mampuan mengontrol diri menyebabkan konflik meluar keluar dirinya. 
7. Rintangan komunikasi. Perbedaan kualitas diri didalam masyarakat menyebabkan terjadinya rintangan komunikasi. Bahasa yang disampaikan tidak dimengerti audiens yang dimaksud. Rintangan komunikasi yang tak teratasi menimbulkan mispersepsi. Munculnya mispersepsi memunculkan kesalahpahaman antar orang, antar kelompok, antar masyarakat, antar lapisan sosial, yang memancing lahirnya ego sentris masing-masing 
8. Perbedaan sifat individu. Setiap individu lahir unik. Satu dengan lainnya berbeda secara fisik dan kepribadian dan kualitas. Perbedaan sifat yang dibarengi perbedaan kualitas dan kepribadian mendorong lahirnya konflik pribadi dan konflik ideologis serta konflik sosial.

Leadership impian

 Siapakan yang pantas menjadi leader impian ? bagaimana standar menjadi leader impian ? Apakah anda bisa menjadi leader impian ?