Membangun reputasi diri
Reputasi hebat ? wow , sebuah prestasi hebat. Prestasi yang diakui kawan dan lawan , atasan
maupun bawahan, dihargai siapapun yang mengenalnya, dan berdampak besar pada
pemilik reputasi hebat.
Jabatan
prestisius, pendapatan besar, bonus
besar, dan yang lebih besar serta tak ternilai, penghargaan dan pengakuan serta
rasa hormat dari siapapun.
Siapa
saja yang memiliki reputasi hebat.
Mahatma Gandhi menjadi pemimpin India dan dunia dengan pengorbanan luar
biasa. Nelson Mandela harus mendekam lama dipenjara, Thomas Alfa Edison melalui
masa sulit luar biasa. Steve Job
berjuang sambil melawan penyakitnya dan banyak contoh lainnya.
Reputasi
bisa dimiliki siapapun. Tua maupun muda,
karyawan atau pimpinan, rakyat atau pejabat, perempuan atau lelaki. Semua bisa memiliki reputasi.
Untuk
memiliki reputasi hebat tentu tidak mudah.
Reputasi tidak bisa dibangun dengan iklan berkepanjangan, reputasi tidak
bisa dibangun dengan trik-trik kepalsuan.
Reputasi tidak bisa direkayasa dalam seketika. Reputasi harus berjalan alami, melalui proses
wajar. Melalui kesungguhan hati, pikiran, tenaga, konsistensi hati, pikiran,
lisan dan sikap serta banyak pengorbanan
untuk mendapatkannya.
Reputasi
yang hebat akan bertahan lama. Figur dengan reputasi hebat, tetap hidup sesudah
matinya, namanya akan diingat dari generasi kegenerasi sesudahnya . Ia akan
selalu diingat . Karya hati, pikiran dan sikap serta ucapannya selalu dikaji,
dikritisi dijadikan hikmah para pembelajar sejati.
Reputasi hebat yang direkayasa tidak akan bertahan lama.
Ia hanya jadi penghias berita. Ia menjadi bahan gosip dari masa ke
masa. Siapapun akan tak rela, Siapapun
selalu curiga. Namanya tak lama beredar
dari media massa, bahkan tak mempengaruhi massa. Sejarah akan mengungkap
kepalsuannya.
Reputasi hebat bisa diraih dengan proses belajar panjang.
Belajar dasar untuk berkembang.
Belajar mengembangkan diri.
Kesalahan adalah dasar untuk belajar kembali. Belajar dari kesalahan
adalah belajar untuk menemukan , menemukan poin-poin kebenaran dan akhirnya
belajar merangkai kebenaran. Kebenaran
hati, pikiran, langkah-langkah, profesionalisme yang membawanya kepuncak
prestasi dan bermuara direputasinya.
Reputasi hebat bisa didapat dengan konsistensi sikap untuk berjalan dijalan yang benar,
berfikir secara benar memikirkan kebenaran yang hakiki, konsisten dalam laku
perbuatan, konsistensi pikiran untuk mencapai tujuan. Betapa beratnya Soekarno , Hatta menjaga
konsistensi perjuangannya agar berdiri negara Indonesia. Hidup dalam pengawasan Belanda, dibuang dan
dipenjara ditanah dan masyarakat yang asing secara kultural, tetapi konsistensi
mereka membawa mereka ketujuan perjuangan, Indonesia merdeka dan mereka sendiri
yang membacakan prokalamasi kemerdekaan Indonesia.
Reputasi hebat bisa didapat dengan kejujuran. Jujur
kunci mencapai reputasi. Jujur terhadap diri, jujur terhadap kemampuan
diri, jujur memperjuangkan cita-cita diri, jujur dalam membangun jaringan diri,
jujur dalam membangun diri, tanpa kejujuran reputasi tak akan bisa didapat.
Reputasi
bisa didapat banyak berkorban.
Menghabiskan waktu untuk menjadi profesional dibidangnya berarti
berkorban untuk sebuah reputasi. Walau
tidak dicita-cita, tetapi reputasi akan didapat tanpa sadar reputasi sedang
mendekatinya.
Reputasi
didapat dengan banyak berkawan. Kawan
bukanlah musuh dalam selimut. Bagi pembelajar, kawan adalah sumber informasi
penting. Ide – ide dari Kritik dan sikap oposannya menjadi materi yang bisa
dikaji, dibedah, diambil nilai-nilai positifnya, untuk menjadi amunisi dalam meraih
reputasi tinggi. Musuh sekalipun
merupakan sumber keilmuan dan sumber seseorang meraih reputasi, bukan dengan
mengalahkannya tetapi dengan menjadikannya kawan sejati. Bukankah menjadikan
musuh sebagai kawan karib sebuah reputasi hebat ?.
Reputasi hebat bisa didapat dengan sabar. Thomas Alfa
Edison tak lulus SD, ratusan eksperimen gagal , tetapi dengan sabar, ia terus
melakukan riset, riset hingga akhirnya menemukan lampu pijar. Kesabaran, kerja keras, kemauan untuk terus
belajar membuatnya punya reputasi tinggi, dibanding orang-orang yang
mencibir. Kini jutaan orang menikmati
karyanya, walau lupa keberadaannya.
Reputasi
bisa didapat dengan anugrah Tuhan. Orang
bisa saja menolak eksistensi Tuhan.
Orang bisa saja tak mengakui peran Tuhan dalam kehidupannya. Tetapi
banyak orang lupa, bahwa dia tak bisa melawan Tuhan, bahkan untuk menolak
kehendak Tuhan. Bahkan tak berdaya ketika Tuhan mencabut oksigen gratis yang
diberikan Tuhan. Ketika Tuhan ingin
menyadarkan manusia lain akan kekuasaanNya melalui figur dirinya, seperti
Fir’aun. Fir’aun diberi anugrah menjadi penguasa, tetapi kekuasaan membutakan
mata hati dan pikirannya. Firaun tidak kritis,dia atau siapapun bisa dijadikan
media oleh Tuhan untuk membuka mata hati dan pikiran atau untuk menyelamatkan
manusia lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar